Mengintip Peluang Bisnis Media Cetak di iPad
Beberapa pengamat memprediksi bahwa iPad bakal menggantikan koran atau majalah di masa depan. Dilihat dari sisi produksi, jelas bahwa teknologi paperless ini lebih efektif ketimbang kertas yang harus didaur ulang.
Sementara dilihat dari sisi ergonomisnya, jelas pembaca di masa depan tak perlu menumpuk koran atau majalah usang lagi di gudang. Dari sisi kepraktisan, benda berukuran 9,7 inchi ini juga lebih enak dijinjing kemana-mana, dibanding koran atau majalah.
Beberapa taipan media luar sudah memiliki rencana bisnis sendiri. Idenya sederhana, hanya memindahkan konten dari koran atau majalah mereka ke iPad. Sisi pemasaran pun telah berubah. Dari kios nyata menjadi 'kios online', dari ngecer menjadi download. Sukseskah model bisnis baru ini?
GQ, Majalah iPad Pertama Terjual 365 Kopi
GQ adalah salah satu dari majalah pertama yang muncul di iPad. Di App Store, GQ dijual seharga US$ 2.99. Harga tersebut jauh lebih murah ketimbang versi 'fisik' nya yang dibanderol US$ 4.99.
"Dengan harga ini, kami tak membutuhkan biaya ekstra. Tak ada biaya cetak atau pengiriman," ujar Pete Hunsinger, Vice President serta penerbit GQ, seperti dikutip detikINET dari Apple insider, Selasa (18/5/2010).
"Semua ini berujung pada profit, saya melihat visi ke depan, bahwa iPad bakal menjadi komponen utama bagi sirkulasi kami," tambahnya.
Walau angka penjualan GQ masih dirasa rendah, namun Hunsinger percaya model bisnis ini ke depannya bakal menguntungkan. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pengiklan yang terus bertambah di GQ.
Benar saja, pada bulan Mei 2010 ini penjualan GQ meningkat tajam. Berkembang isu bahwa majalah tersebut bakal menjadi best-seller di App Store nantinya. Dari kasus GQ ini dapat dilihat bahwa untuk mencapai keuntungan, penerbit harus bisa bersabar menunggu respon positif dari pasar. Saat publik sudah 'terjerat', di situlah uang mengalir. Penerbit pun tinggal menunggu sembari senyam-senyum melihat jumlah unduhan yang terus bertambah.
Apakah Media Cetak Harus Beralih ke iPad?
Perlahan-lahan nantinya selera konsumen pun bakal berubah. Seiring hal ini, pertanyaan baru muncul, apakah media cetak harus mengikuti model bisnis baru tersebut? Tentu jawabannya bisa bervariasi, tergantung konteksnya.
Menanggapi hal ini, ada baiknya menengok konvergensi teknologi yang telah dilakukan beberapa media asing. Sekitar sebulan lalu, ABC memperkenalkan aplikasi mereka di iPad. Tak lama setelah itu aplikasi mereka laris dengan jumlah pengunduh lebih dari 200.000.
Di awal bulan ini, Taipan Media Rupert Murdoch tengah menikmati hasil dari model bisnis ini. Pasalnya aplikasi iPad Wall Street Journal (WSJ) miliknya, kini memiliki lebih dari 64.000 pembaca. Sebagai informasi, kedua contoh aplikasi berita tersebut saat ini masih gratis.
Fakta-fakta di atas telah membuktikan bahwa pasar ternyata menerima dengan baik model bisnis baru ini. Walaupun terasa lambat, namun prospek model bisnis media paperless ini dipandang cerah ke depannya.
Sayangnya belum ada penelitian yang disiarkan di media terkait efektifitas iPad dibanding koran atau majalah, dilihat dari selera pasar, efektifitas sirkulasi, serta biaya produksinya. Kita tunggu saja, apakah pelaku bisnis media cetak lokal juga bakal melirik iPad? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Sementara dilihat dari sisi ergonomisnya, jelas pembaca di masa depan tak perlu menumpuk koran atau majalah usang lagi di gudang. Dari sisi kepraktisan, benda berukuran 9,7 inchi ini juga lebih enak dijinjing kemana-mana, dibanding koran atau majalah.
Beberapa taipan media luar sudah memiliki rencana bisnis sendiri. Idenya sederhana, hanya memindahkan konten dari koran atau majalah mereka ke iPad. Sisi pemasaran pun telah berubah. Dari kios nyata menjadi 'kios online', dari ngecer menjadi download. Sukseskah model bisnis baru ini?
GQ, Majalah iPad Pertama Terjual 365 Kopi
GQ adalah salah satu dari majalah pertama yang muncul di iPad. Di App Store, GQ dijual seharga US$ 2.99. Harga tersebut jauh lebih murah ketimbang versi 'fisik' nya yang dibanderol US$ 4.99.
"Dengan harga ini, kami tak membutuhkan biaya ekstra. Tak ada biaya cetak atau pengiriman," ujar Pete Hunsinger, Vice President serta penerbit GQ, seperti dikutip detikINET dari Apple insider, Selasa (18/5/2010).
"Semua ini berujung pada profit, saya melihat visi ke depan, bahwa iPad bakal menjadi komponen utama bagi sirkulasi kami," tambahnya.
Walau angka penjualan GQ masih dirasa rendah, namun Hunsinger percaya model bisnis ini ke depannya bakal menguntungkan. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pengiklan yang terus bertambah di GQ.
Benar saja, pada bulan Mei 2010 ini penjualan GQ meningkat tajam. Berkembang isu bahwa majalah tersebut bakal menjadi best-seller di App Store nantinya. Dari kasus GQ ini dapat dilihat bahwa untuk mencapai keuntungan, penerbit harus bisa bersabar menunggu respon positif dari pasar. Saat publik sudah 'terjerat', di situlah uang mengalir. Penerbit pun tinggal menunggu sembari senyam-senyum melihat jumlah unduhan yang terus bertambah.
Apakah Media Cetak Harus Beralih ke iPad?
Perlahan-lahan nantinya selera konsumen pun bakal berubah. Seiring hal ini, pertanyaan baru muncul, apakah media cetak harus mengikuti model bisnis baru tersebut? Tentu jawabannya bisa bervariasi, tergantung konteksnya.
Menanggapi hal ini, ada baiknya menengok konvergensi teknologi yang telah dilakukan beberapa media asing. Sekitar sebulan lalu, ABC memperkenalkan aplikasi mereka di iPad. Tak lama setelah itu aplikasi mereka laris dengan jumlah pengunduh lebih dari 200.000.
Di awal bulan ini, Taipan Media Rupert Murdoch tengah menikmati hasil dari model bisnis ini. Pasalnya aplikasi iPad Wall Street Journal (WSJ) miliknya, kini memiliki lebih dari 64.000 pembaca. Sebagai informasi, kedua contoh aplikasi berita tersebut saat ini masih gratis.
Fakta-fakta di atas telah membuktikan bahwa pasar ternyata menerima dengan baik model bisnis baru ini. Walaupun terasa lambat, namun prospek model bisnis media paperless ini dipandang cerah ke depannya.
Sayangnya belum ada penelitian yang disiarkan di media terkait efektifitas iPad dibanding koran atau majalah, dilihat dari selera pasar, efektifitas sirkulasi, serta biaya produksinya. Kita tunggu saja, apakah pelaku bisnis media cetak lokal juga bakal melirik iPad? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
0 Response to "Mengintip Peluang Bisnis Media Cetak di iPad"
Post a Comment